Add caption |
Semua terkejut! Mulai dari ketua
RT/RW, camat, kepala dinas tatakota, dinas pariwisata kebudayaan, tokoh adat
dan ulama, kapolsek, kapolres, sekretaris daerah sampai bupati merasa tidak
senang! Tidak ada perintah untuk melakukan pembangunan dan kegiatan itu! Warga bingung
karena tak pernah diundang sosialiasi atas proyek itu. Para penggiat
pemberdayaan masyarakat yang biasa disebut pengurus LSM tidak terima karena
merasa tidak dilibatkan dan tidak dibagi proyek. Dewan kesenian kota dan dinas
kebudayaan marah karena merasa didahului dan tak dimintai rekomendasi. Pihak berwajib
dengan tegas menyebutkan aktivitas ini sebagai perbuatan melanggar hukum karena
membangun serta melakukan aktivitas di atas
tanah negara tanpa izin dan harus dibongkar!
Alhasil, dengan melibatkan
kerjasama yang efektif antara ketua lingkungan masyarakat, babinsa, pihak
kepolisian dan jajaran Sat Pol PP, usut punya usut pelaku teror ini merucut
kepada satu nama. Mang Maing. Mang Maing dan komunitasnya memang terkenal
nyeleneh dan mengemari kesenian. Kadang kala, walaupun tak rutin, mereka sering
terlihat mengambar bersama, mengajari anak-anak melukis, membuat pagelaran dan
pameran.
Singkat cerita, berdasarkan
instruksi pemimpin kota Mang Maing harus diperiksa dan dimintai
pertanggungjawaban. Seluruh jajaran aparatur sipil ditugaskan menangkap Mang
Maing dan pengikutnya. Satuan Intel kampung bergerak mengendus keberadaan Mang
Maing. Tetapi Mang Maing raib! Lenyap dari muka bumi, tak dapat ditemukan! Dicari
dirumahnya, rumahnya kosong. Ditempat dia biasa berkumpul juga tak terlihat. Para
pengikutnya di interogasi hingga pingsan. Tak satupun yang dapat memberikan informasi
akurat dimana keberadaan Mang Maing.
Semakin lengkaplah kehebohan di
kota ini! Warga semakin keras meminta pertanggungjawaban pemerintah atas kasus ini.
Para pemimpin binggung, para aparat hilang akal menemukan keberadaan Mang
Maing. Jadilah Mang Maing sebagai Buronan Kondang. Buronan atas perbuatannya
yang dipantang tidak legal, diluar kebiasaan, tidak lazim, tak berkoordinasi,
tak meminta restu, tak menghargai pandangan para tokoh budaya, pemangku adat
dan pejabat yang berwenang. Berani-beraninya berekspresi tanpa sosialisasi! Ini
namanya teror! Dan semua peneror harus dimintai pertanggungjawaban!
Masa berlalu. Bulan berganti
bulan, tahun berganti tahun. Patung selamat datang memasuki kota sekarang
dikenal dengan sebutan patung Mang Maing. Gambar di dinding-dinding kota mulai
diperbaharui warnanya dan di mitoskan dengan sebutan karya mural Mang Maing. Jembatan-jembatan
yang dulu direspon dengan seni instalasi indah semakin dipercantik dan menjadi landmark
kota dengan sebutan jembatan Mang Maing I, jembatan Mang Maing II, hingga
Jembatan Mang Maing X. Mang Maing sudah menjadi ikon kota. Legenda kota. Bahkan
ada gagasan dari pemerintah saat ini untuk membangun tugu atas dedikasi Mang
Maing untuk kota tercinta.
Tapi Mang Maing masih tidak
muncul. Tetap hilang dan tak diketemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar