Sabtu, 12 Desember 2015

Sajak Zamnah (prolog opera Zamnah, di hari jadi kota Muntok ke 281, september 2015)



Aku percaya kepada takdir
Bahwa hidup ini tak ada yang kebetulan

Aku dipinang dan menjadi permaisuri adalah kehendak sang kuasa
Atas kehadiranku dalam mimpi sang baginda sultan
Atas izin seri sultan Djohor dan restu ayahanda Entje’ Wan Abdul Djabar
Dalam balutan waktu yang telah ditetapkan sang pencipta

Teringat akan kanda ketika kesusahan
Tentang keinginan kembali memerangi Palembang
Bersama pamanda Wan Akub dan Wan Serin menuju Bangka
Rela dan ridho bersama Kanda merebut tahta

Tak ada yang kebetulan bagi hidupku

Ketika datang mimpiku menelan seluruh tanah Palembang
Ku sembahkan kepada Tuanku untuk segera berangkat saat itu juga
Saat terbaik yang ditandakan oleh tuhan kepadaku
Berbekal sebilah sekin dari ayahanda menemani kanda kembali merebut tahta

Kita menuju Palembang dengan ketenangan
Dengan hati damai dalam kehendak tuhan
Bersama kanda duduk diatas beranda kapal
Diiringi para prajurit yang bersorak ramai

Naiklah kanda ke atas singgasana tahta kerajaan
Tanpa tarung dan pertumpahan darah
Karena memang sudah takdir kanda atas itu
Sesuai dengan mimpi yang dititipkan kepadaku

Kemudian masa berganti
Masa tenang namun penentu bagi masa depan keturunan keluarga Wan Abdul Djabar

Gelar pangkat Yang dan Abang telah diteguhkan
Menegaskan kedudukanku, ayahanda dan seluruh keluarga
Betapa menunjukkan kekhawatiran kakanda sultan akan kami
Setelah huru hara dan kesulitan yang kita lalui bersama ini?

Kepada kanda ku mohonkan agar kaum keluarga tinggal di Bangka
Tak jauh pandang dari Palembang, tak juga menganggu rasa istana
Diterima seluruh keluarga dengan iklas dan hormat
Semoga tuhan merawat semua dengan selamat

Karena tak akan ada yang kebetulan
Takdir tuhan yang mengantarkan ini kepada kami

Di ujung tanjung yang kelihatan ini diputuskan ayahanda dan kaumku semua menetap
Membangun kejayaan bangsa Melayu di tanah Bangka
Di tengah kemuliaan Kanda Sultan Mahmud Badaruddin Jayawikrama
Besar dengan kejayaan Kesultanan Palembang yang termasyur

Tak ada sesal seperti terbuang
Meski sempit hati menjadi selingan
Tapi keyakinan tentang harapan
Membangun daratan ini menjadi impian

Tujuh bubung rumah telah terbangun
Seberang sungai berdiri kampung Patemun
Cikal bakal sebuah kejayaan
Atas kebanggaan bangsa melayu yang tak terlupakan