Minggu, 20 November 2011

Mari tiup lilinmu, sayang..


“Selamat ulang tahun sayangku..”aku mengucapkannya sama seperti orang lain yang mengucapkan selamat padamu di facebook,twitter atau jejaring social lain, rekan kerjamu di kantor, keluargamu atau kenalan-kenalanmu yang lain.

Sayangku,..hal apa yang menarik dari sebuah “ulang tahun?”. kamu, kita, secara rutin merayakannya di setiap kali bumi berhasil mengelilingi matahari ;365 hari lewat 6 jam; yang disamakan dengan ukuran waktu 1 tahun. Selama melawati kurun waktu itu, bumi seperti menegaskan keberadaannya dalam jagat raya ini. Memastikan kembali bahwa ia ada dan masih akan berusaha mengelilingi matahari lagi, meski itu berarti harus berputar selama 365 hari lewat 6 jam lagi.
Bagaimana dengan kamu?

Putaran waktu membawamu ke usia 25 tahun. Tak banyak sejarahmu yang ku tahu, selain 4 tahun belakang. Bukan waktu yang pantas untuk memotret utuh perjalananmu sampai di titik ini. Tapi minimal, satu sisi mampu ku rekam. Mengingatmu dan merunut klausalitas jejakmu untuk menuliskan ini.

Pada sepupuku kesayanganku;vika, kami selalu berkata ”masih tentang bertahan hidup”. Tentang kesadaran bahwa hidup yang seperti pertempuran, tentang medan perperangan yang tak selalu bersikap adil dan tentang keterbatasan yang nyata. Hidup ini memang bicara tentang bagaimana cara bertahan hidup. Tapi setidaknya jika semua orang di planet ini adalah petarung, aku bukan petarung yang sendirian..berkali-kali kami saling memapah jika terluka. Bergandengan ketika kalut. Dan terkadang merayakan kemenangan bersama.

Kepadamu ku tak bisa berkata lain. Kita juga masih akan bicara tentang bagaimana bertahan hidup. Tentang kenyataan bahwa ternyata kita masih tak memiliki apa-apa, tentang jalan di depan yang terjal dan tak tertebak, tentang kecemasan yang jujur tak bisa kita sembunyikan.

Aku berharap banyak padamu. Pada ketabahan, kesabaran, kesetiaan, loyalitas dan integritas yang aku sendiri tak bisa ungkapkan.
Aku butuh kamu untuk berlari bersamaku. Di tengah hujan yang kadang bukan berisi air, tapi panah dan peluru tanpa ada tempat berlindung dan upaya selain menerimanya dengan gagah. Karena aku tak percaya takdir. Takdir adalah milik mereka yang memang dilahirkan beruntung atau mereka yang menyerah sebelum bertahan. Kita tidak dilahirkan untuk menjadi seorang yang sudah ditentukan. Satu-satunya nasib yang tidak mungkin kita elakkan hanyalah kematian. Sisanya bukanlah takdir. Tapi sebuah sebab-akibat yag saling bertautan. Tuhan memberi kita hidup, menunjukkan banyak hal untuk kita melewati dalam hidup, tapi menyerahkannya kepada kita untuk menentukannya. Kita yang memilihnya. Menyia-nyiakannya atau memanfaatkannya sebaik mungkin.

Sayangku, aku butuh mencintai kamu dengan karaktermu yang kuat..karakter yang hanya kamu yang punya. Karakter yang tak akan bisa dicuri orang, tak pudar oleh waktu justru semakin baik. Buat aku semakin mencintai itu.
Sebab yang lain tak akan berarti lama. Penampilan bisa berubah. Teman datang dan pergi. Kekuatan, kecepatan, kelenturan tumbuh dalam beberapa waktu saja. Selanjutnya bersama waktu itu akan semakin melemah, melamban dan canggung. Tentang kepandaian dan ketenaran, yakinlah akan selalu ada yang lebih pandai dan lebih tenar.

Sayangku..
Aku hanya ingin mematri kembali eksistensimu. Di siklus perjalananmu.
Menjadilah kuat. Setidaknya untuk dirimu sendiri. Berjanjilah padaku tak ada yang akan membuatmu menyerah pada nasib walaupun dunia berkonspirasi melawanmu.
Tak perlu takut. Jangan simpan ragu.
Aku disampingmu. Siap memapahmu jika kau letih.
Karena setelah itu kamu harus berlari lagi..sekencang-kencangnya angin membantumu mengejar mimpi.

Selamat ulang tahun..genapi doamu dan tiup lilin itu..”

Tidak ada komentar: