Selasa, 17 Januari 2012

Kepada kamu yang tersamarkan,


Aku sedang ingin memelukmu. Merasakan kamu ada untukku, meski itu kadang terlalu mewah. Aku tak bohong. Aku benar-benar sedang ingin memelukmu.
Aku menunggu purnama yang sama dengan waktu itu. Bulan hari ke lima belas yang gemilang. Seperti purnama pertama yang ku nikmati bersamamu di tepi kota itu. Purnama itu datang perlahan bersama kabut dan awan gelap yang menyelimuti. Sinarnya tersamarkan. Tapi tetap indah. Mungkin karena bersamamu.
Ku percaya tak ada yang kebetulan. Takdir pun adalah runtunan peristiwa yang saling berkait satu dengan yang lain. Aku menyukai purnama yang samar-samar itu seperti aku menyukaimu. Kau yang selalu tersamarkan. Hadir dalam ketidakmampuan dan kepastian tapi ada untukku.
Aku tahu hidup adalah konsekwensi. Seperti semua orang di dunia ini yang memilih setiap pilihan dalam hidup dan menerima akibat dari pilihan itu. Ketika itu pilihan baik, kebaikan yang didapat. Apabila itu pilihan yang salah, kesalahan lah yang di terima. Simpel. Mudah dicerna. Anak SD pun tahu.
Hanya tak selalu mudah menentukan pilihan. Dan bukan perkara indah menerima konsekwensi buruk dari pilihan yang salah hanya dengan kata-kata “sabar ya..”, “yang ikhlas..” atau “relakan saja”. Untuk hal-hal seperti itu aku membutuhkanmu. Kamu seperti gudang yang menyimpan barang-barang tak terpakai. Membuat rumah menjadi nyaman tak terganggu. Atau seperti gerimis yang menghapus jejak-jejak kotor di jalanan. Hadir dengan samar-samar. Tak tampak sebagai pahlawan. Tapi berguna seperti udara untukku.

Kepada kamu yang tersamarkan,
Maafkan aku yang selalu membutuhkanmu tanpa pernah menyediakan diriku berguna untukmu. Aku memang tak sekuat kamu melawan keterbatasan. Keterbatasan itu milikku. Kamu tak terbatas.
Maafkan aku yang hanya bisa menuntut. Meski waktu semakin memantapkan kamu untuk tiadak tergantikan. Aku tak bisa menjanjikan apapun. Kecuali perasaan rindu yang tersamarkan untukmu.
Aku sedang menatap purnama yang samar-samar ini. Adakah kamu merasakanku?
Tentang kita yang selalu tak bisa di jelaskan.
Tentang rindu yang tak bisa dengan mudah diucapkan.

(catatan seorang teman.. selamat menikmati ke samar-samaran rasa itu)

2 komentar:

Kampung Karya mengatakan...

menyimak... mencintai keadaan pun itu adalah pilihan.. ungkapan yang menyimpan kekelaman.. nice

berkunjung balik ya!

Cha mengatakan...

Mungkin aku akan minta dia untuk membacanya..