Kamis, 18 November 2010

Melompati Ruang (sebuah Prolog)


Bangka, 16 november 2010
Di pantai yang selalu manja, disekitar cerita kimberly yang sedang kasmaran.

Aku menuliskan ini untukmu,..
Melakukan yang lidah tak bisa lakukan. Menuntaskan ingin yang belum tersampaikan.
....
Kadang mengarungi rasa ini seperti sedang memandangi senja. Menyilaukan mata, malarutkan hati, lirih dalam sesak, indah sesaat berlalu tanpa bisa di cegah, tapi ku nanti akan ada lagi disitu, memandanginya lagi dan lagi.
Ini ku tulis ketika kau tak ada. Meski ketika tak lagi bisa memandangimu pun, aku bisa menemukan hal tentangmu seperti aku menemukan senja. Kau ada di temaran sore, di remang garis cahaya di celah jendela yang menguning,di riuh reda akhir hari.
Atau mungkin aku hanya bisa menuliskan ini ketika jauh darimu. Disini..di ujung daratan yang bertemu laut. Bersandar di perahu nelayan yang menepi, di desir angin barat, di debur ombak yang menjilati pantai.

Harus ku mulai ini dengan menelusuri ingatan tentangmu. Mengingat ketika kamu datang, di ujung kerling mata, di keberadaanmu yang mampu ku deteksi di radius 100 meter, dan pesona yang tak bisa ditolak. Kau tau, aku laki-laki. Akan mampu untuk ku menolak keindahan..tapi tak mudah melewatkan pesona.
Saat kau mengucapkan kata dan kata..aku tau, aku sudah jatuh cinta yang dalam sekali.

Aah, rasa ini. Masih menyilaukan. Ada ribuan kerlip di depanku, kombinasi gulungan ombak dan sinar penuh matahari sore. Terlihat berkilau berwarna perak seperti kepingan kaca di lautan. Di dalam hatiku, pun ku punya kilauan lain. Betapa hebatnya hati..siapa yang bisa merancangnya? Organ tubuh mana yang mampu memerintahnya untuk merasa hal berbeda? Justru hati ini yang memerintahkan organ di tubuh ini untuk berkerja. Seperti ku yang harus menulis untukmu. Dan hari ini, akan ku habiskan menuliskanmu.

Bulan diatas, seperti kepingan emas.
Malam tenang dan petikan gitar. Kisah dan kisah berkumpul di udara. Berbagi dari hati ke hati dengan nyaman. Rahasia kecil itu akan aman disana. Di hati orang-orang yang bukan lagi “orang”, tapi “sesuatu” bagi satu dan yang lainnya.

Aku tak lagi bisa menulis. tapi justru lebih mudah mengingat jejakmu. bukankah di suasana yang tenang, kita akan lebih mampu merasakan dan mengingat hal yang paling nyaman?
Aku masih teringat kamu.menulismu dalam hati.

1 komentar:

sayurisenja mengatakan...

seno yg merah............untuk siapakah kaO tulis ini?
mengapa aku merasa mengenalnya,apa memang iya aku mengenalnya seperti aku mengenalmu...?
kurasa dy pasti ingin ada disisimu sa't membaca ini & mungkin dy akn sedikit menyesal "mengapa harus tidak bersamamu",yaaa tapi itu hanya mungkin seno karna aku tak tau capa dy yg kaO maksudkan sekalepun tetap aku merasa mengenalnya........