Minggu, 13 Juni 2010

Catatan akhir hari..”


Banyak hal yang tidak dipahami manusia. Sepanjang peradaban, satu persatu pertanyaan dijawab dengan logika dan perkembangan akal manusia. Mengapa air laut terasa asin?Bagaimana terjadinya hujan?darimana datangnya malam?bagaimana menyembuhkan influenza?dan banyak lagi pertanyaan yang telah terjawab. Hingga hari ini 2006 tahun setelah penyaliban jesus dari Nazareth, manusia masih juga dipusingkan oleh berbagai pertanyaan.
Mungkin ini adalah tugas abadi manusia. Sebuah kodrat ?
Aku; dan sebagian besar generasi muda yang tercerahkan oleh ilmu pengetahuan, adalah satu generasi yang diuntungkan oleh waktu. Betapa tidak? Kami dipenuhi oleh banyak kemudahan. Kami di disain menjadi intelek, kosmopolis ( bahkan metroseksual?) punya akses terhadap teknologi dan peradaban terkini,.bisa di bilang kami lah garda depan perubahan!
Aku, harus berterima kasih kepada orang orang yang hidup sebelum aku. Enstein yang menjelaskan relativitas dan teori waktu, Marx untuk communist manifesto-nya, Hegel untuk filsafat sejarahnya, Plato untuk konsep dunia ide- nya, juga Soekarno yang menghadirkan konsep nasionalisme untuk ku.
Hanya saja, hidup di zamanku yang penuh dengan kemudahan tadi tidak otomatis mampu menjadikan ku ( dan sebagian besar teman – temanku) tumbuh menjadi kritis seperti orang – orang sebelum ku yang mapu menjawab satu demi satu pertanyaan dunia.
Kami lebih disibukkan oleh banyak permasalahan psikologi. Bahkan, sebagian dari kami lebih cocok di definisikan gila dari pada intelek.
Maklum, di zamannya Enstein extasy tidak menjadi konsumsi umum bagi generasi muda.
Di masanya Soekarno, menghisap ganja juga tidak menjadi trend. Apalagi di hidupnya Plato pasti ga pernah punya hobby clubbing atau ke diskotik.
Generasiku cenderung apatis, an sosial, pragmatis, komsumeristik dan hedonist.
Mungkin sebagai generasi yang mengaku intelek, kalo Enstein, Marx, atau Soekarno masih hidup, kami pasti dihujat habis habisan! tapi mau gimana lagi? Inilah kami seutuhnya.
Lalu bagaimana arah peradaban ini? Tanpa ada orang orang yang mampu dan mau melanjutkan kodrat manusia menjawab satu demi satu pertanyaan yang masih banyak tersisa?
Berharap pada kami, sama saja menghambat peradaban!

Rabu malam yang menjemukan
Palembang, 22 maret 2006

Tidak ada komentar: