Rabu, 19 Oktober 2011

tentang kekalahan



Dalam hidupnya, tak ada yang lebih baik dari sore yang hujan. Apalagi turun kabut. Langit jadi gelap gulita. Tak perlu ada sore yang mewah dengan kemilau keemasannya. Biarlah hari cepat berlalu karena malamlah yang selalu ditunggu.
Malam adalah teman. Setidaknya untuk hati dengan luka dan kepahitan. Apa ada teman yang lebih baik untuk kesedihan selain malam yang sunyi? Sore hanyalah milik para petarung. Walau hanya sekejab, merasakan sore yang indah adalah perasaan berhasil melewati hari. Bertarung dengan waktu dari pagi sampai tiba sore; si akhir terang. Mengadu pikiran dan tenaga untuk berjuang. Demi hidup. Keluarga dan harapan. Sore adalah kebahagian atas keberhasilan melewati pertarungan. Sekecil apapun keberhasilan itu. Waktu akan seperti anak panah. Melesat lurus kedepan tanpa bisa dicegah. Meninggalkan masa lalu menuju sekarang. Anak panah itu tak datang cuma-cuma. Dia bersama harapan dan akibat. Bersama mimpi atau ketakutan. Dan dia tak lagi memiliki mimpi. Sudah tak kuat bertarung. Saat ini adalah saat menerima ketakutan dan segala akibat masa lalu. Dia meninggalkan sore ketika sore mulai terasa menyakiti. Bersahabat pada gelap, menyimpan kepedihan dan semua kekalahan bersama malam.
Dia adalah pria tua dengan kisah tentang kekalahan. Tentang masa muda yang berapi-api, tentang harga pilihan yang mahal. Sewaktu muda, tak ada yang menjadi kekhawatirannya selain harapan yang tak terwujud. Tak suka menjadi kalah. Hidup adalah tanpa kompromi! Raja bagi kehendak sendiri. Diwaktu tua dia hidup dengan kesepian dan terabaikan. Semua berubah sejak 46 tahun yang lalu, perubahan besar konfigurasi politik tanah air drastis membalikkan keadaan. PKI berada pada tempat yang tersudut dan terus dihancurkan. Anggotanya di buru seperti anjing liar yang berbahaya. Kiprahnya dalam organisasi itu di pulau ini jelas menempatkannya pada posisi genting. Seperti jamak terjadi di daerah lain, dia menjadi bagian sejarah gelap republik ini. Beruntung dia tetap hidup meski setelah itu disesalkannya. Apa menariknya hidup sebagai orang yang terkucilkan? Istrinya meninggal dalam kemalangan. Disusulnya anak-anaknya yang tak mampu bertahan dalam kesengsaraan. Sebatang kara, dengan keluarga lain yang memilih menjauhinya seperti sampah. Tahun-tahun berikutnya adalah keseharian yang selalu sama. Bercocok tanam di kebun harta satu-satunya. Menjual hasilnya untuk tetap bertahan hidup.
Hiburan baginya adalah Mendengar berita dari radio. Menemukan peristiwa-peristiwa unik seperti menertawakan hidup, termasuk hidupnya sendiri. Karena tak ada kejadian baru dalam dunia ini. Semua hanya kejadian yang berulang. Cuma waktu, tempat dan pemerannya saja yang berbeda. Sebagian orang memerankan tokoh yang sama, pada kesalahan yang sama lalu menjalani hidup dengan cara yang sudah-sudah.
Dia menerima kekalahan-kekalahan itu. Hanya berharap malam bisa tetap menemani dia menentramkan sedikit kepedihan seperti dia bisa menerima kesepian dan keterasingan. Berharap waktu itu masih ada untuknya, bersama anak panah yang membawanya meninggalkan segala beban.
Sebab memandang sore pun rasanya itu terlalu mewah.

Tidak ada komentar: