Selasa, 16 Agustus 2011

Rational Choice


Di mejaku, ada tumpukan berkas setinggi 30 cm yang seharusnya segera di periksa. Laporan-laporan yang seharusnya di olah menjadi laporan lagi. Laporan dan laporan, adalah rutinitas jamak dalam kehidupan berpemerintahan. Tuntutan birokrasi bernama akuntabilitas. Entah sebuah akuntabilitas untuk apa dan siapa. Untuk kinerja pejabat agar dinilai bagus dan dipilih lagi di bursa pemilihan, atau untuk indikator-indikator tujuan formal yang terkesan dipaksakan agar menjadi wacana mampu melayani dan mensejahterakan masyarakat.
Hidup di negara ini, memang banyak hal menjadi tak becus ketika di kelola oleh pengatur kehidupan bernegara; pemerintah. Dari beragam pilihan dalam siklus polybius tentang pemerintahan, entah kenapa berhenti kepada demokrasi. tapi sudahlah..kalau ini adalah kehendak zaman.

Berbaris dengan beberapa jiwa yang memang tak banyak, di tambah legenda keluarga tentang kakek dari ibuku yang sering sekali menjahit sendiri pakaian seragam polisinya yang robek tanpa menunggu jatah dari negara, menangkap penyelundup timah tanpa dukungan biaya operasional, dan kisah tentang kakek dari bapakku yang hampir setahun ikut berperang selama agresi militer belanda, menikmati desingan peluru ditelinga, memaknai hidup dan mati hanya berjarak setengah inci dari kepala tanpa harapan mendapat gaji apalagi mendapat bintang jasa, ku sambut uluran untuk membenahi dan mengabdi pada urusan-urusan bernegara.

Di sepersekian detik memandang laporan dengan malas, ku berpikir ulang kenapa aku duduk disini. Ada perasaan malu dengan para pendahuluku. Para leluhurku merawat negara dengan hati dan sikap. Bagaimana denganku?
Kakekku tercinta, cucumu duduk disini di waktu dan tempat yang lebih nyaman dari kalian.tanpa harus menjahit sendiri seragam dinas, tanpa ketakutan peluru musuh yang mungkin saja menghujam dada. Aku duduk di kursi empuk dengan pendingin ruangan, dan teh hangat setiap pagi yang selalu ada di atas meja kerja. Hanya saja, kalian tak di serang dengan banyak pilihan, godaan kemalasan dan korupsi!

Rational choice; lebih mudah dipahami sebagai memaksimalkan keuntungan/utility dan meminimalkan usaha sudah sangat fasih di pahami oleh sebagian besar pegawai negeri. Seperti koruptor yang menghitung resiko tertangkap begitu kecil dan mudah untuk kasusnya di selesaikan dengan uang, mengapa harus ragu untuk memanfaatkan keuntungan-keuntungan sebagai pegawai negeri untuk kepentingan pribadi dari pada berpikir keras dan memiliki patriotisme sepertimu?
Negara tak lagi berperang,..
Teman sekantorku contohnya, dia adalah orang yang disiplin. Masuk kerja jam setengah 8 setiap pagi dan pulang kantor jam 4 sore. Selalu tepat waktu. Selama waktu kerja, tak perlu rumit memikirkan program kegiatan, ikutan saja dengan perintah atasan, bekerjalah seperlunya, pasti horarium kegiatan juga akan di terima. Toh, inisiatif tak diperlukan dan tak memiliki nilai tambah. Asal gaji tetap diterima, asal golongan dan jabatan tetap naik.Lebih baik memanfaatkan waktu santai di kantor dengan mengelola bisnis paruh waktu yang lumayan prospektif!jelas-jelas memiliki ekspektasi usaha dan kans profit!sembari memelihara hubungan dengan para pihak penyedia barang dan para kontraktor sebagai kolega, jelas lebih empuk lagi. Komisi proyek dimana-mana! Maksimalisasi keuntungan!
Siapa bilang mental pekerja di pemerintahan dan perusahaan swasta berbeda? Selain kompensasi, kompetensi keilmuan dan penghargaan terhadap kinerja yang rendah pada pekerja pemerintah, selebihnya tak ada beda! Mental pekerja pemerintah juga memiliki daya saing. Hanya saja daya saingnya lebih kepada bagaimana mencari keuntungan pribadi! Secara insting, individualisme juga tumbuh di pekerja pemerintahan. Tak ada beda dengan swasta.
Sebagian besar mereka duduk di kantor ini memang dengan tujuan utama mencari uang. Dan mengapa memilih bekerja sebagai pegawai negeri? jangan kau samakan degan spiritmu menjaga bangsa.. Mereka menjadi pegawai negeri karena ini adalah pilihan paling mudah dan rasional! Bisa kerja sesantai mungkin, selamat, karena seumur hidup di tanggung oleh negara, punya peluang waktu untuk membangun usaha sampingan, dan akses dengan pengambil kebijakan menjadikan mereka seakan-akan secara sosial warga negara yang lebih tinggi dari masyarakat umum. Nyaman sekali!

Ku tau kalian sebagai pendahulu akan miris.. semiris ku melihat kain bendera yang lusuh di halaman kantor, sementara mobil-mobil dinas keluaran tahun terbaru terlihat terlalu mengkilap dan mewah berada dibawahnya.. negara memang tak lagi berperang dengan penjajah asing.. Tapi negaramu dikerumuni oleh para pengkhianat!

Tumpukan berkas setinggi 30 cm ini semakin terlihat menganggu. Baiklah..akan ku kurangi ketebalanmu dengan memeriksanya. Maaf sudah membuatmu menunggu.

Tidak ada komentar: